Nasib Malang Katak Pohon Mutiara, Satwa Langka yang Terancam Punah
– Sungguh malang nasib katak pohon mutiara, satwa langka yang ditemukan di Pegunungan Sanggabuana. Populasinya menurun setiap tahunnya hingga terancam punah.
Salah satu penyebabnya, hewan langka itu kerap diburu untuk diperjualbelikan. Direktur Eksekutif Sanggabuana Conservation Foundation Solihin mengungkap, amfibi langka itu kerap kali jadi korban keserakahan manusia.
“Katak pohon mutiara ini, termasuk langka, dan populasinya terus menurun, karena bentuk dan keunikannya katak pohon mutiara sering ditemui di marketplace, dijual untuk dipelihara,” ucap Solihin.
Harga yang biasa dibanderol untuk satu ekor katak tersebut, kata Solihin, dijual antara Rp100-500 ribu, tergantung pola, atau corak bintik di katak tersebut.
“Tergantung pola bintik yah, rata-rata kisaran Rp 100-500 ribu, banyak daftar harganya di online,” kata dia.
Selain permasalahan tersebut, amfibi cantik berwarna oranye kecokelatan dengan pola bintik seperti mutiara itu, juga terancam karena alih fungsi lahan.
“Katak pohon mutiara ini cenderung sensitif terhadap perubahan lingkungan, atau perubahan habitat, sehingga bisa dijadikan indikator perubahan lingkungan. Ancaman terbesar katak pohon mutiara adalah perubahan fungsi hutan, dan juga penangkapan di alam oleh manusia,” ungkapnya.
Habitat dari katak pohon mutiara itu, sering dijumpai di dedaunan pohon di dekat aliran sungai, di wilayah hutan berketinggian antara 500-1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).
“Habitatnya di dedaunan pohon dekat aliran sungai. Kadang juga bersembunyi di lubang-lubang batu atau lubang pohon, terutama ketika sedang berbiak,” ucap Solihin.
Satwa endemik jawa itu kerap kali dijumpai di wilayah Jawa Barat, dengan status langka yang beresiko rendah menurut data International Union for Conservation of Nature Red List (IUCN Red List).
“Keberadaan katak pohon mutiara ini jadi penanda bahwa ekosistem lingkungan masih baik, jadi akibat penjualan dan alih fungsi lahan hutan, hewan ini termasuk langka dengan resiko kepunahan rendah berdasarkan data IUCN,” pungkasnya.