Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi gelombang tinggi di sejumlah perairan di Jawa Barat.
Prakirawan BMKG, Rangga Setya Pratama mengungkap gelombang tinggi berpotensi terjadi pada Kamis, 5 Juni 2025 pukul 07.00 WIB hingga Minggu, 8 Juni 2025 pukul 07.00 WIB.
“Pola angin di wilayah Jakarta dan Jawa Barat bagian utara umumnya bergerak dari Timur Laut-Tenggara dengan kecepatan angin berkisar 4-12 knot,” katanya dalam keterangan tertulis pada Rabu, 4 Juni 2025.
Sedangkan di wilayah Jawa Barat bagian selatan, ungkap Rangga, umumnya bergerak dari Timur Laut-Tenggara dengan kecepatan angin berkisar 8-20 knot.
“Selain itu, kecepatan angin tertinggi terpantau di Perairan Cirebon, Perairan Garut dan Perairan Tasikmalaya yang juga dapat berkontribusi terhadap tinggi gelombang,” tandasnya.
Menurut pengamatan BMKG, gelombang setinggi 1,25 meter hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di Perairan Sukabumi, Perairan Tasikmalaya, dan Perairan Pangandaran.
Rangga mengatakan, tinggi gelombang mencapai 1,25 meter dengan kecepatan angin mencapai 15 knot berisiko terhadap keselamatan perahu nelayan.
“Kapal Tongkang apabila kecepatan angin mencapai 16 knot dan tinggi gelombang mencapai 1,5 meter,” imbuh Rangga.
Analisis Cuaca di Jawa Barat Sepekan Terakhir
BMKG mengungkap, dalam sepekan terakhir, sejumlah faktor atmosfer signifikan berkontribusi terhadap peningkatan suplai uap air yang mendukung pembentukan awan konvektif dan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Jawa Barat.
“Aktivitas Gelombang Kelvin serta MaddenJulian Oscillation (MJO) yang terpantau aktif di kuadran 4 dan 5 (wilayah Maritime Continent) turut meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa Barat,” kata Forecaster Stasiun Koordinator NDF dan MEWS Provinsi Jawa Barat, Rossian Nursiddiq dalam keterangannya pada Rabu, 4 Juni 2025.
Rossian menjelaskan, secara umum angin bertiup dari arah timur hingga selatan. Sirkulasi siklonik yang terdeteksi di sekitar barat Pulau Sumatra menyebabkan terbentuknya belokan angin (shearline) dan pertemuan angin di sekitar Jawa Barat, yang kian memperkuat kondisi konvergensi massa udara.
“Selain itu, suhu muka laut di perairan Indonesia yang relatif hangat mendukung peningkatan suplai uap air ke atmosfer, khususnya di wilayah Jawa Barat. Kelembapan udara di lapisan 850–500 mb terpantau cukup tinggi, berkisar antara 45–90 persen, yang mendukung proses kondensasi dan pembentukan awan,” ucapnya.
Selain itu, tingkat labilitas atmosfer secara umum berada pada kategori ringan hingga sedang, sehingga mengindikasikan adanya potensi pembentukan awan konvektif berskala lokal.
“Berdasarkan hasil monitoring curah hujan, tercatat hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat/ekstrem terjadi di sejumlah wilayah, antara lain Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan,” tutur dia.
https://pafikotamedanlabuhan.org