Ketegangan antara Iran dan Israel kembali memuncak setelah serangan misil saling dilancarkan, pada Senin (16/06) dini hari. Konflik ini menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak dan memicu kekhawatiran internasional akan eskalasi lebih lanjut.
Situasi ini menandai salah satu titik paling genting dalam hubungan kedua negara dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu ekonomi global juga akan terguncang akibat pecahnya perang kedua negara.
Berikut lima dampak perang Israel dan Iran ke ekonomi global:
1. Harga Minyak Naik-Logistik Global Tersendat
Kenaikan harga minyak ini menjadi dampak yang signifikan bagi perekonomian global. Bagaimana tidak, kenaikan ini dikhawatirkan akan merambat kepada alur logistik hingga pasokan barang dan jasa di berbagai negara.
Posisi Israel dan Iran yang berada di kawasan Timur Tengah menjadi titik awal tersendatnya alur logistik global. Timur Tengah merupakan wilayah penghasil minyak terbesar di dunia dan lautnya jalur utama perdagangan maritim global.
Jika jalur laut Timur Tengah itu terganggu, dampaknya merambat kepada perjalanan kapal kargo ekspor impor global. Investor khawatir kondisi itu menyebabkan biaya pengiriman meningkat sehingga membebankan konsumen.
Terganggunya jalur laut Timur Tengah akan memaksa banyak kapal melakukan perjalanan memutar. Hal ini pun juga dikhawatirkan menambah beban biaya perjalanan kapal.
“Hal ini telah memaksa banyak kapal untuk menempuh perjalanan jauh di sekitar Afrika pada rute antara Asia dan Eropa, yang menambah waktu tempuh satu hingga dua minggu dengan biaya sekitar US$ 1 juta per perjalanan,” kata seorang akademisi di Sekolah Ekonomi Hanken. Sarah Schiffling, dikutip dari News Sky, Sabtu (14/6/2025).
2. Warga Israel Panic Buying
Iran yang telah mengirimkan serangan balasan membuat pemerintah Israel panik. Warganya diimbau untuk tetap di dalam rumah setelah terjadi serangan balik dari Iran. Maka, persiapan makanan hingga kebutuhan lain memang harus terpenuhi.
Dikutip dari Lorient Today, Koresponden al-Jazeera di Tel Aviv melaporkan warga Israel pun panic buying dengan berbondong-bondong memenuhi kebutuhannya, bersiap mengisolasi di tengah ketegangan negaranya dengan Iran.
Video dan foto yang muncul di media sosial telah menunjukkan supermarket di kota Tel Aviv sesak dengan warga yang berbelanja. Antrean di kasir pun mengular. Rak-rak kebutuhan makan dan rumah juga terpantau hampir kosong.
3. Rusia dapat Untung
Perang antara Israel dan Iran ternyata akan memberikan keuntungan bagi Rusia. Memanasnya perang Israel dan Iran telah mengerek harga minyak global. Harga minyak mentah brent sebagai patokan global melonjak dari US$ 69,36 menjadi US$ 75 per barel.
Jika harga brent terus naik, kemungkinan akan mendorong harga patokan minyak Rusia, ural. Komoditas minyak telah menjadi sumber pendapatan negara yang cukup besar bagi Rusia dengan persentase 35% sampai 40%.
Dengan kenaikan harga minyak, negara tersebut akan mendapatkan keuntungan di tengah memanasnya geopolitik Timur Tengah. Keuntungan ini akan menjadi durian runtuh bagi Rusia di tengah menurunnya harga minyak yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
4. Penundaan Penerbangan Internasional
Sejumlah maskapai internasional membatalkan penerbangan ke Israel serta menghindari wilayah udara Timur Tengah. Hal ini menyusul memanasnya tensi antara Israel dan Iran yang terjadi dalam beberapa hari ini.
Dikutip dari CNBC, salah satu maskapai Amerika Serikat (AS) Delta Air Lines telah menangguhkan layanan penerbangannya ke Tel Aviv, Israel pada Jumat sore hingga September. Keputusan ini diambil hanya beberapa minggu setelah Delta kembali membuka rute tersebut.
Pasar Saham RI Kena Imbas?
Index Harga Saham Gabungan (IHSG) turut bergejolak seiring meletusnya perang Israel-Iran. Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik, tak menampik dampak gejolak geopolitik global terhadap pasar modal dalam negeri. Dampak serupa juga dialami kala memanasnya geopolitik Rusia-Ukraina.
“Gejolak geopolitik global sudah terjadi sejak perang Rusia-Ukraina. Untuk kondisi geopolitik terkini tentu kita harapkan dampaknya juga terbatas pada pasar kita,” ucap Jeffrey kepada detikcom saat dihubungi, Senin (16/6/2025).
Diketahui, IHSG melemah 0,53% ke level 7.166,06 saat perang antara Israel-Iran meletus pada Jumat. Saat itu, nilai transaksi IHSG tercatat sebesar Rp 15,21 triliun dengan volume sebesar 26,69 miliar dan 1.365.127 kali saham yang diperdagangkan.
Sepanjang periode 9-13 Juni 2025, IHSG tercatat melemah sebesar 0,74% dari 7.113,425 di periode pekan lalu. Namun, IHSG pada Jumat mencatat jual bersih atau net foreign buy sebesar Rp 478,76 miliar.
Kemudian kemarin, Senin (16/6/2025), IHSG ditutup melemah 0,68% ke level 7.117,59. Tercatat volume transaksi sebesar 24,62 miliar dengan nilai sebesar Rp 14,97 triliun. Adapun transaksi saham hari ini sebanyak 1.494.714 kali.